Daftar Seni Tari Jawa Barat Lengkap Dengan Sejarah
Indonesia merupakan negara dengan aneka ragam budaya itu sebabnya Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Dari berbagai ragam budaya ini, tiap daerah memiliki ciri khas tersendiri baik dari segi bahasa, budaya, seni musik, seni tari, pakaian tradisional hingga berbagai kebiasaan lainnya seperti upacara adat misalnya.
Nah, sebelumnya kita telah membahas mengenai seni tari populer di Indonesia, kali ini kita akan mengupas secara detail seni tari dari Jawa Barat.
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi terbesar di Indonesia dengan ibukota yang berlokasi di Bandung. Dengan luas wilayah 35.378 km² yang terdiri dari 19 Kabupaten dan 9 Kota ini, Jawa Barat memiliki aneka seni tari yang menarik dan wajib kamu ketahui. Berikut ini beberapa seni tari tradisional dari Jawa Barat:
Seni Tari Jawa Barat: Tari Jaipong
Seni tari tradisional dari Jawa Barat yang sangat populer yaitu Tari Jaipong. Tari Jaipong ini berasal dari daerah Karawang, Jawa Barat.
Tari Jaipong merupakan tarian yang berkembang pada tahun 1960-an dan diciptakan oleh H. Suwanda yaitu seorang seniman asal Karawang, Jawa Barat.
Tari Jaipong dahulu merupakan sebuah tari pergaulan di daerah Subang dan Karawang. Masyarakat dahulu menari dengan diiringi dengan alunan musik kendang, ini lah awal mula lahirnya tari jaipong.
Seiring dengan berkembangnya waktu, kebiasan tersebut menciptakan tarian baru yang disebut dengan Tari Jaipong dengan ciri khas bunyi alat musik Kendang.
Tari Jaipong juga merupakan sebuah gabungan gerakan dari berbagai kesenian tradisional seperti Pencak Silat, Ketuk Tilu dan Wayang Golek. Jika kamu perhatikan gerakan tangan pada tarian Jaipong mirip dengan Pencak Silat, itu sebabnya tarian ini terlihat unik dan juga energik.
Selengkapnya mengenai Tari Jaipong bisa dilihat disini.
Seni Tari Jawa Barat: Tari Topeng
Tari tradisional berikutnya dari Jawa Barat yaitu Tari Topeng. Tari Topeng merupakan salah satu tari tradisional Jawa Barat yang berasal dari daerah Cirebon. Ciri khas dari tari ini yaitu penari tampil dengan menggunakan topeng sebagai aksesoris wajib untuk menutupi wajahnya. Itu sebabnya tari yang satu ini disebut dengan tari topeng.
Dalam pertunjukkan Tari Topeng, umumnya topeng yang digunakan berjumlah 5 topeng dengan karakter yang berbeda. Karena jumlahnya yang 5 ini, biasanya jumlah topeng dalam Tari Topeng disebut dengan Panca Wanda yang artinya 5 Topeng.
5 topeng ini terdiri dari topeng Panji, Samba, Rumyang, Tumenggung dan Kelana. Setiap topeng memiliki filosofi tersendiri. Nilai filosofi setiap topeng tentu bisa dilihat dari karakteristik, warna serta guratan pada topeng tersebut.
Selengkapnya mengenai Tari Topeng bisa dilihat disini.
Seni Tari Jawa Barat: Tari Merak
Tari Merak merupakan seni tari tradisional asal kota kembang yakni Bandung, Jawa Barat. Tari Merak ini merupakan bentuk pengembangan dari gaya tarian tradisional Sunda.
Tari Merak merupakan tarian yang diciptakan oleh seniman dan koreografer tari asal daerah Pasundan, Jawa Barat yakni Raden Tjetjep Soemantri pada tahun 1955. Terciptanya tarian merak ini terinspirasi dari gerakan-gerakan indah yang dilakukan oleh burung merak saat menarik perhatian lawan jenisnya
Pementasan seni Tari Merak dilakukan oleh dua orang penari secara berpasang-pasangan. Dari dua penari tersebut, setiap penari memiliki perannya masing-masing yaitu penari pertama berperan sebagai burung merak jantan sedangkan penari kedua berperan sebagai burung merak betina.
Gerakan, kostum atau busana yang digunakan benar-benar menggambarkan seekor burung merak. Gerakan yang gemulai saat burung merak jantan mendekati burung merak betina hingga kostum bulu warna warni yang menggambarkan ekor burung merak yang indah saat menarik perhatian lawan jenisnya.
Selengkapnya mengenai Tari Merak bisa lihat disini.
Seni Tari Jawa Barat: Kuda Renggong
Kuda Renggong merupakan salah satu seni pertunjukan asal Jawa Barat yakni dari daerah Sumedang.Pertunjukan ini pertama kali diperkenalkan di desa Cikurubuk, Buahdua, Sumedang.
Nama pertunjukan Kuda Renggong ini memiliki arti keterampilan yang diambil dari kata “Renggong” dalam bahasa Sunda.
Pertunjukan Kuda Renggong memperlihatkan gerakan lincah dari seekor kuda yang menari dengan beberapa gerakan tertentu mengikuti irama musik kendang. Tari Kuda Renggong ini biasanya dilakukan saat acara khitan atau sunatan anak.
Saat proses khitanan anak selesai, anak yang baru saja di khitan akan diberi doa dan berganti pakaian dengan mengenakan pakaian wayang Gatotkaca. Setelah itu anak tersebut akan diarak berkeliling dengan menunggangi seekor kuda.
Seni tari Jawa Barat Kuda Renggong ini memiliki lima gerakan diantaranya gerakan Adean, Torolong, Congklang, Jagrog dan Anjing Minggat.
Seni Tari Jawa Barat: Tari Renggong Bugis
Seni tari Jawa Barat berikutnya yaitu Tari Ronggeng Bugis. Jika dilihat dari namanya, banyak yang mengira tarian ini berasal dari daerah Bugis, padahal Tari Ronggeng Bugis ini merupakan tarian asal daerah Cirebon, Jawa Barat.
Tari Ronggeng Bugis diambil dari dua kata yaitu “Ronggeng” yang artinya penari perempuan dan “Bugis” yaitu merupakan nama salah satu suku di Sulawesi Selatan. Penggunaan nama tarian ini ada kaitannya dengan sejarah awal mula terbentuknya Tari Ronggeng Bugis.
Sejarah Tari Ronggeng Bugis bermula dari pasukan Telik Sandi yang dibentuk oleh Sunan Gunung Jati untuk melakukan penyamaran dengan tujuan memata-matai wilayah Pajajaran. Penyamaran tersebut dilakukan dengan cara menjadi penari ronggeng yang dilakukan oleh orang Bugis di Cirebon.
Tari Ronggeng Bugis dimainkan oleh 6 sampai 9 penari dan merupakan jenis tarian yang mengandung unsur komedi. Hal ini dapat dilihat dari tarian yang dimainkan oleh penari laki-laki dengan mengenakan kostum perempuan. Tidak hanya itu, para penari juga terkadang mengenakan kostum mirip seperti badut yang bertujuan untuk memancing gelak tawa dari para penonton.
Busana yang dikenakan penari Ronggeng Bugis biasanya berupa kebaya dengan warna yang terang. Para penari juga dirias dengan menggunakan riasan perempuan seperti riasan yang terang dan bibir yang digambar miring untuk menciptakan kesan lucu dan jenaka.
Seni Tari Jawa Barat: Tari Sampiung
Tari Sampiung merupakan salah satu tari tradisional asal Bandung, Jawa Barat. Nama Tari Sampiung diambil dari nama judul lagu “Sampiung” yang menjadi musik pengiring tarian ini.
Tari Sampiung dikenal juga dengan nama Tari Ngekngek dimana Ngekngek merupakan sebutan dari Tarawangsa yaitu alat musik yang dibunyikan dengan cara digesek seperti rebab yang digunakan sebagai alat musik pengiring tarian Sampiung.
Selain disebut Tari Ngekngek, Tari Sampiung juga dikenal dengan nama Tari Jentreng. Jentreng sendiri merupakan salah satu alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ini. Jentreng yaitu alat musik petik seperti kecapi berukuran kecil.
Pertunjukan seni tari Sampiung dilakukan secara tertutup, biasanya dilakukan di dalam rumah yang memiliki lapangan luas seperti bale pendopo.
Dahulu, pertunjukan tari Sampiung dilakukan pada peringatan hari penting atau upacara adat seperti Pesta Panen, Ngaruat Lembur, Rebo Wekasan dan Seren Taun.
Tari Sampiung dilakukan oleh penari wanita dan juga pria. Dalam pertunjukan Tari Sampiung ini, para penari menari dengan mengelilingi penabuh.
Kostum yang dikenakan para penari Tari Sampiung yaitu kebaya sebagai atasan, kain batik atau sinjang sebagai bawahan serta selendang layaknya kostum tari tradisinal Jawa Barat lainnya. Sedangkan untuk riasan kepalanya, penari perempuan biasanya di sanggul.
Seni Tari Jawa Barat: Tari Ketuk Tilu
Seni tari asal Jawa Barat berikutnya yaitu Tari Ketuk Tilu. Jika dilihat dari sejarahnya, Tari Ketuk Tilu merupakan tarian bentuk rasa syukur kepada Dewi Padi yaitu Dewi Sri. Ketuk Tilu menjadi salah satu rangkaian upacara menyambut masa panen padi yang dilakukan oleh masyarakat Sunda.
Tari Ketuk Tilu dilakukan pada malam hari dengan jumlah penari sebanyak 12 orang yang terdiri dari 6 penari laki-laki dan 6 penari perempuan dengan mengarak salah seorang gadis ke sebuah lapangan atau tempat yang luas. Sebelum rangkaian upacara ini dimulai, biasanya akan diawali dengan musik tradisional khas Sunda.
Sebelum menjadi salah satu rangkaian upacara penyambutan masa panen padi, Tari Ketuk Tilu merupakan pertunukkan yang berfungsi sebagai hiburan semata pada masa penjajahan Belanda.
Ketuk Tilu merupakan jenis tarian pergaulan yang membuat masyarakat yang mengikuti acara ini menjadi lebih akrab dan bertujuan untuk menciptakan rasa kebersamaan antar masyarakat Sunda.
Seiring perkembangan jaman, Tari Ketuk Tilu tidak hanya dilakukan sebagai rangkaian upacara penyambutan masa panen padi tapi menjadi pertunjukan yang dilakukan pada acara lainnya seperti hiburan dalam acara pernikahan, pagelaran masyarakat dan acara lainnya.
Tari Sintren Jawa Barat
Seni tari tradisional berikutnya dari Jawa Barat yaitu Tari Sintren. Selain menjadi tari tradisional Jawa Barat, tari Sintren juga tergolong ke dalam seni tradisional asal Jawa Tengah. Mengapa bisa demikian?
Alasan mengapa tari Sintren menjadi tari tradisional dari dua daerah yakni Jawa Barat dan Jawa Tengah yaitu karena kesenian Sintren ini menyebar luas khususnya di daerah sekitar wilayah pesisir utara (pantura) seperti daerah Indramayu, Jatibarang, Cirebon, Kuningan, Tegal, Brebes, Banyumas hingga daerah Pekalongan.
Salah satu daya tarik dan keunikan dari pertunjukan tari Sintren sendiri yaitu tarian Sintren ini merupakan salah satu tarian mistis. Cerita kisah cinta antara Sulasih dan Sulandono menjadi awal mula adanya pertunjukan tari Sintren.
Kisah cinta kedua orang tersebut merupakan kisah cinta yang terhalang restu orang tua. Sulandono dan Sulasih tidak dapat bersatu karena tidak direstui oleh Ki Bahurekso yaitu ayah dari Sulandono.
Karena cinta terhalang restu tersebut, Sulandono dan Sulasih memilih jalannya masing-masing dimana Sulandono memilih untuk menjadi pertapa sedangkan Sulasih menjadi seorang penari.
Meskipun keduanya terpisah, masyarakat pada masa itu percaya bahwa Sulandono dan Sulasih bertemu di alam ghaib.
Tari Sintren dilakukan oleh seorang penari perempuan dan yang menjadi penari adalah gadis yang masih suci (belum menikah). Selain seorang penari, terdapat juga seorang pawang dan 6 orang yang bertugas sebagai penabuh gendang untuk musik pengiring tarian.
Tahap pertama dalam pertunjukan tari Sintren yaitu seorang penari masuk ke dalam sebuah kurungan ayam yang telah ditutupi kain dengan kondisi tangan hingga kaki terikat kain. Setelah penari masuk ke dalam kurungan, kemudian pawang akan melakukan tugasnya memanggil roh bidadari sembari mengitari kurungan tersebut.
Ketika pemanggilan roh bidadari berhasil dilakukan oleh pawang, saat kurungan ayam ini dibuka, seorang penari tersebut sudah dalam kondisi tangan dan kaki tak terikat, mengalami kerasukan dan mulai menari.
Salah satu hal unik lainnya dari pertunjukan ini, biasanya para penonton bisa berinteraksi dengan penari dengan cara melempar kain sarung ke badan penari, jika mengenai badan, penari tersebut akan pingsan dan tak sadarkan diri. Namun penari bisa bangun dan menari kembali berkat pawang.
Tari Wayang Jawa Barat
Tari Wayang merupakan salah satu seni tari asal Jawa Barat dimana tarian ini dikenal oleh kalangan masyarakat oleh Syekh Syarif Hidayatullah pada abad ke-16 pada masa kesultanan Cirebon.
Tari Wayang ini kemudian menyebar ke berbagai daerah lain berkat seniman keliling yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bandung, Tasikmalaya hingga Bogor.
Seperti namanya, Tari Wayang ini memiliki latar belakang cerita wayang dengan gerakan dasar sesuai dengan penokohan dan karakter wayang itu sendiri.
Dari segi penyajiannya, Tari Wayang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu tari tunggal, tari berpasangan serta tari massal.
Tari tunggal merupakan tarian yang dilakukan oleh satu orang penari dan berperan sebagai satu tokoh pewayangan. Contoh tari tunggal yaitu Tari Gatotkaca atau Arjuna atau karakter pewayangan lainnya.
Tari berpasangan yaitu Tari Wayang yang dilakukan dengan cara berpasangan yaitu dua orang penari atau lebih dimana keduanya atau tiap masing-masing pasangan saling melengkapi keutuhan tarian tersebut. Contoh tari berpasangan yaitu Tari Subali, Tari Sugriwa dan lainnya.
Tari Massal yaitu Tari Wayang yang dilakukan oleh lebih dari satu orang penari dan setiap penari melakukan tarian atau ungkapan yang sama. Contohnya yaitu Tari Monggawa.
Pada pertunjukan Tari Wayang terdapat jenis karakter serta tingkatan yang berbeda seperti misalnya karakter tari pria dan wanita.
Tari Angklung Bungko Cirebon
Angklung Bungko merupakan salah satu seni tradisional Jawa Barat yang berasal dari daerah Bungko yang terletak di wilayah Cirebon Utara.
Tari Angklung Bungko dahulu hanya merupakan sebuah pertunjukan kesenian musik ritmis dengan menggunakan kentongan sebagai medianya.
Namun seiring berjalannya waktu, Tari Angklung Bungko mengalami perkembangan menjadi sebuah tarian yang tidak hanya menggunakan kentongan namun menggunakan angklung, gendang, gong, klenong dan tutukan sebagai musik pengiring.
Tari Angklung Bungko dilakukan oleh penari laki-laki dengan mengenakan busana berwarna putih dengan beberapa properti seperti ikat kepala dari kain batik, keris dan juga soder.
Angklung Bungko merupakan kesenian yang erat hubungannya dengan sejarah masyarakat Bungko. Angklung Bungko ini merupakan sebuah tarian perang dimana dilihat dari sejarahnya Angklung Bungko ini merupakan ekspresi rasa kegembiraan karena memenangkan sebuah peperangan melawan pasukan Ki Ageng Petakan atau yang dikenal dengan Pangeran Pekik.
Gerakan pada tarian Angklung Bungko menggambarkan situasi peperangan bagaimana pasukan Sunan Gunung Jati berhasil mematahkan serangan dari pasukan Ki Ageng Petakan.
Tari Keurseus
Seni tari yang berasal dari Jawa Barat berikutnya yaitu tari Keurseus. Tari Keurseus merupakan tarian yang berkembang pada tahun 1915-1920. Tarian ini dikembangkan oleh seorang lurah Rancaekek yaitu sebuah daerah di Bandung, Jawa Barat yang bernama R. Sambas Wirakoesoemah.
Tari Keurseus dahulu dikenal dengan nama tari Tayub yaitu sebuah tarian yang dilakukan oleh pejabat atau dikenal dengan sebutan menak.
Tarian ini dilakukan oleh laki-laki dengan mengenakan kain dan bendo serta baju bagus kemudian menghadap penari ronggeng dengan gerak tarian tanpa dasar dimana penari bebas melakukan gerakan apapun.
Hal tersebut membuat tarian Tayub ini menjadi tidak terkendali bahkan menjadi ajang perebutan ronggeng dibawah pengaruh minuman keras.
Karena alasan itu akhirnya R. Sambas Wirakoesoemah membangun sebuah perguruan tari untuk menyusun kembali tarian yang tanpa dasar tersebut dan menata budi para pejabat atau menak agar melakukan tarian dengan lebih baik.
Proses pembelajaran dilakukan secara sistematis dimana dalam bahasa Belanda hal tersebut disebut dengan cursus. Dalam bahasa Sunda istilah ini berubah menjadi Keurseus. Itulah asal mula mengapa tarian ini dikenal dengan nama Tari Keurseus.
Tari Buyung Kuningan Jawa Barat
Tari Buyung merupakan salah satu tari tradisional Jawa Barat yang berasal dari daerah Kuningan. Tari Buyung biasanya dilakukan oleh penari perempuan yang jumlahnya 12 orang. Kostum yang dikenakan penari berupa kebaya dengan bawahan kain batik dilengkapi dengan selendang.
Dinamakan tari Buyung karena pada tarian ini menggunakan properti buyung yaitu sebuah benda atau wadah yang digunakan masyarakat dulu untuk mengambil air atau menyimpan air yang terbuat dari tanah liat.
Tari Buyung diciptakan oleh Emalia Djatikusumah dan dahulu tarian ini biasanya dilakukan pada saat upacara seren tahunan.
Yang membuat menarik tarian ini untuk ditonton yaitu keunikan saat penari melakukan gerakan tarian sambil membawa buyung yaitu sebuah tembikar dengan bentuk yang mirip dengan kendi (benda yang telah disebutkan sebelumnya) di atas kepala mereka.
Setiap penari harus benar-benar mempunyai keseimbangan yang baik karena buyung yang diletakkan di atas kepala tidak boleh sampai terjatuh.
Tidak hanya diletakan di atas kepala, terdapat gerakan tari dimana penari harus menari di atas buyung sembari menjunjung buyung. Nah, kemampuan para penari ini menjadi salah satu keistimewaan dan keunikan dari tarian ini.
Setiap gerakan pada tarian ini memliki makna yang tersirat. Seperti gerakan penari yang menginjak buyung sambil membawa buyung di atas kepala atau dalam bahasa sunda gerakan ini disebut nyuhun erat memiliki makna yaitu “dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung”.