Tari Topeng: Sejarah, Makna, Jenis, Kostum Lengkap
Tari Topeng merupakan salah satu tari tradisional Jawa Barat yang berasal dari daerah Cirebon. Ciri khas dari tari ini yaitu penari tampil dengan menggunakan topeng sebagai aksesoris wajib untuk menutupi wajahnya. Itu sebabnya tari yang satu ini disebut dengan tari topeng.
Topeng yang digunakan dalam pertunjukkan seni tari topeng tidak hanya satu jenis melainkan beberapa karakter. Setiap karakter topeng memiliki jenis tarian yang akan ditampilkan,artinya beda karakter topeng yang digunakan jenis atau gerakan tarian yang dibawakan juga berbeda.
Dalam pertunjukkan Tari Topeng, terdapat jenis tarian yang dibawakan oleh satu orang penari tapi ada juga yang dibawakan oleh lebih dari satu orang penari atau kelompok. Hal ini tergantung dari jenis tari Topeng apa yang dibawakan.
Sejarah Tari Topeng
Berbicara mengenai sejarah Tari Topeng, Tari Topeng sudah ada sejak masa pemerintahan Prabu Panji Pandewa yaitu pada abad ke 10 Masehi. Prabu Panji Pandewa sendiri merupakan seorang Raja Jenggala dari daerah Jawa Timur.
Dari mulai abad ke 10 hingga 16 Masehi, Tari Topeng terus mengalami perkembangan hingga menyebar ke berbagai daerah di Jawa Barat termasuk Cirebon.
Tari Topeng di daerah Cirebon mengalami perkembangan yang cukup cepat di kalangan masyarakat karena Tari Topeng menjadi tarian yang berbaur dengan kesenian daerah Cirebon.
Dengan begitu, Tari Topeng menjadi sebuah tarian yang khas dan unik di daerah Cirebon. Tari Topeng Cirebon juga memiliki berbagai jenis tarian dan filosofi di setiap gerakannya, mulai dari yang bertemakan Kepemimpinan, kebijaksanaan hingga Percintaan.
Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga merupakan seorang tokoh agama Islam yang terkenal asal Cirebon. Beliau terkenal menyebarkan Islam melalui sebuah pertunjukkan Wayang Kulit.
Berdasarkan cerita masyarakat setempat, Tari Topeng merupakan salah satu media yang pernah dipakai oleh Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga dalam berdakwah selain Wayang Kulit.
Melalui gerakan tarian dalam Tari Topeng disampaikan pesan-pesan dan makna kepada masyarakat yang menyaksikan pertunjukkan ini. Setiap karakter yang diperankan oleh penari dan kisah yang dibawakan melalui gerak tarian bisa diambil pelajaran.
Tari Topeng tidak hanya dijadikan media dakwah tapi juga menjadi media hiburan di kalangan masyarakat keraton. Dengan adanya Tari Topeng di daerah Cirebon ini berpengaruh besar terhadap perkembangan tari tarian di daerah tersebut sehingga muncul lah beberapa tarian lain yang berpedoman dari Tari Topeng seperti Tari Topeng Kelana, Tari Topeng Panji, Tari Topeng Rumyang dan lainnya.
Sejarah Tari Topeng Cirebon
Dari sumber lain diduga bahwa Tari Topeng sudah ada sejak zaman Hayam Wuruk, Raja Majapahit. Hayam Wuruk ini menari dengan mengenakan topeng yang terbuat dari emas, hal tersebut disebutkan dalam kisah Negarakertagama dan Pararaton.
Pada masa itu, pertunjukan tari topeng yang dilakukan oleh Raja Majapahit yakni Hayam Wuruk hanya dilakukan di lingkungan istana Majapahit khususnya di depan kaum perempuan. Dengan kata lain, pada masa kerajaan Tari Topeng hanya dilakukan oleh para raja dan ditonton oleh kaum perempuan di istana tersebut seperti para istri, ibunda raja, ibu mertua raja, adik perempuan dan para ipar perempuan raja.
Dari beberapa fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa Tari Topeng dari daerah Cirebon sudah ada dan populer sejak tahun 1300-1400 Masehi tepatnya pada zaman kerajaan Majapahit.
Tari Topeng bisa berkembang di daerah Cirebon karena para sultan Demak mengembangkan dan menghidupkan kembali tarian ini dalam kerangka konsep kekuasaan yang spiritual setelah jatuhnya kerajaan Majapahit pada tahun 1525.
Jika ditilik kembali, sejarah Tari Topeng erat hubungannya dengan konsep kekuasaan Jawa. Hal ini bisa dilihat dari kisah Raden Patah dihadapan Raja Majapahit, Brawijaya menarikan Klana di kaki Gunung Lawu.
Dari Sini bisa disimpulkan dahulu Tari Topeng hanya bisa dilakukan oleh Raja yang berkuasa seperti Raden Patah yang menari (sebagai pemilik kekuasaan atas Jawa) dihadapan Raja Majapahit yang berperan sebagai penonton.
Filosofi dan Makna Tari Topeng
Dalam pertunjukkan Tari Topeng, umumnya topeng yang digunakan berjumlah 5 topeng dengan karakter yang berbeda. Karena jumlahnya yang 5 ini, biasanya jumlah topeng dalam Tari Topeng disebut dengan Panca Wanda yang artinya 5 Topeng.
5 topeng ini terdiri dari topeng Panji, Samba, Rumyang, Tumenggung dan Kelana. Setiap topeng memiliki filosofi tersendiri. Nilai filosofi setiap topeng tentu bisa dilihat dari karakteristik, warna serta guratan pada topeng tersebut.
Jenis topeng dalam Tari Topeng menggambarkan siklus hidup manusia. Seperti misalnya warna putih bersih pada topeng Panji yang menggambarkan kesucian layaknya bayi baru lahir.
Dari bayi tumbuh menjadi anak-anak yang digambarkan melalui topeng Samba dengan karakteristik yang ceria dan lincah. Topeng Rumyang menjadi gambaran masa remaja dengan gerakan tari yang semakin mantap.
Dilanjut dengan Topeng Tumenggung yang menggambarkan masa dewasa yang semakin matang. Sedangkan untuk Topeng Kelana sendiri menggambarkan sifat manusia yang penuh amarah, seseorang yang dipenuhi sifat tamak, serakah dan bertabiat buruk.
Tari Topeng tidak hanya sebuah tarian belaka tapi juga tiap gerakan dan sebuah pertunjukkan nya mengandung nilai-nilai filosofis. Contoh nyata bisa dilihat dari penggunaan tari topeng tempo dulu yang dijadikan media penyampaian (dakwah) dan penyebaran agama Islam.
Setiap gerakan, karakter tari yang dibawakan menggambarkan sifat dan perilaku manusia dalam beragama yaitu:
- Insan Kamil atau Makrifat yaitu seseorang yang sudah menjalankan kehidupan sesuai dengan syariat agama. Sifat ini merupakan tingkatan tertinggi dalam beragama.
- Hakikat yaitu penggambaran manusia yang berilmu. Biasanya mereka memahami hak dan kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya.
- Tarekat yaitu menggambarkan seorang manusia yang menjalankan perintah agama nya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Syariat yaitu menggambarkan seorang manusia yang sudah memasuki dan mengenal ajaran agama Islam.
Dari hal di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa Tari Topeng bukan hanya sekedar media hiburan semata. Banyak nilai-nilai pelajaran, makna kehidupan yang terkandung di dalam nya jika kita mengamatinya.
Dari gerakan dan jenis topeng yang digunakan menjadi simbol karakter, pesan yang disampaikan mulai dari nilai-nilai karakter manusia seperti cinta, kasih sayang, penggambaran hidup bahkan angkara murka.
Ritual Tari Topeng
Tari topeng Cirebon bukan sekedar tarian biasa melainkan termasuk jenis tarian yang sakral. Sebelum melakukan pertunjukkan tari topeng biasanya dilakukan ritual. Bahkan menurut kepercayaan setempat, para penari yang ingin menampilkan tari topeng akan melakukan puasa, menghindari beberapa pantangan hingga melakukan semedi.
Ritual lain yang dilakukan sebelum pertunjukkan tari topeng yaitu diadakan sesajen berupa bedak, sisir dan cermin yang menjadi lambang seorang perempuan. Sesaji berikutnya yang menggambarkan laki-laki yaitu berupa cerutu dan rokok. Terdapat juga bubur merah yang melambangkan manusia dan bubur putih melambangkan dunia atas.
Di era sekarang Tari Topeng menjadi media hiburan di kalangan masyarakat umum baik itu dalam acara adat, perayaan, khitanan, bahkan acara pentas seni sekolah. Padahal dilihat dari sejarahnya, dahulu pertunjukkan Tari Topeng hanya dilakukan di lingkungan keraton.
Pementasan Tari Topeng
Pada zaman dahulu, pementasan Tari Topeng digelar secara sederhana di tempat yang terbuka seperti halaman rumah dengan bentuk setengah lingkaran. Untuk penerangannya pun masih sederhana karena diingat tempo dulu masih jarang penggunaan lampu listrik sehingga dulu masih menggunakan obor.
Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, tentu saja pementasan Tari Topeng semakin berkembang mulai dari penggunaan panggung bak di dalam gedung maupun di ruangan terbuka seperti lapangan.
Untuk penerangannya pun tentu saja semakin menarik dengan menggunakan lampu-lampu yang tidak hanya berwarna putih tapi juga bisa berwarna warni menyesuaikan gerakan dan pesan yang disampaikan. Seiring dengan perkembangan zaman, tujuan pementasan Tari Topeng tidak hanya sebatas hiburan semata tapi memiliki tujuan yang bervariasi yaitu sebagai berikut:
Pagelaran Komunal
Salah satu tujuan pementasan Tari Topeng yaitu sebagai pagelaran komunal, maksudnya adalah dalam pementasan ini semua kalangan masyarakat ikut berpartisipasi dan ikut melaksanakan pertunjukkan ini.
Acara dibuat semeriah mungkin dengan dihadirkannya berbagai pertunjukkan lainnya seperti arak-arakan dalang dan berbagai atraksi meriah lainnya.
Pagelaran komunal ini biasa dilakukan dalam rangka peringatan hari-hari besar suatu daerah tersebut seperti misalnya acara hajatan desa, ngarot kasinom hingga ziarah kubur. Proses pagelaran ini juga biasanya dilakukan lebih lama bisa sampai lebih dari satu malam.
Pagelaran Individual
Seperti namanya, pagelaran yang satu ini dilakukan secara individu atau perseorangan, berbeda dengan pagelaran komunal yang dilakukan oleh banyak orang.
Pagelaran ini biasa dilakukan karena hajat atau kepentingan pribadi seperti misalnya sebagai hiburan dalam acara hajat khitanan atau pernikahan, haulan dan kepentingan hajat pribadi lainnya. Pagelaran ini biasanya dilakukan di tempat si pemilik hajat yaitu di halaman rumah.
Pagelaran Babarangan
Jika kedua pagelaran sebelumnya dilakukan di suatu tempat tertentu, berbeda dengan pagelaran babarangan yang dilakukan dengan cara mengelilingi suatu kampung. Pementasan dengan cara ini memang terlihat lebih unik dan seru.
Pagelaran Babarangan ini mulai ada karena dilatarbelakangi oleh seorang seniman atau penari topeng individu.Pementasan jenis ini biasanya dilakukan sebagai bentuk peringatan atau perayaan seperti panen atau acara desa lainnya.
Ketika pementasan tari dilaksanakan sebelum masa panen, itu pertanda bahwa desa tersebut mengalami kekeringan atau gagal panen.
Struktur Penyajian Tari Topeng
Pementasan Tari Topeng dilakukan di berbagai tempat sesuai dengan kebutuhan atau jenis pagelarannya mulai dari yang paling sederhana di lapangan, halaman rumah seseorang hingga di panggung. Dari segi pementasan Tari Topeng, terdapat beberapa struktur penyajian Tari Topeng yaitu diantaranya:
Topeng Alit
Struktur penyajian topeng alit merupakan penyajian pementasan tari topeng yang terdiri dari dalang, beberapa penari yang jumlahnya sedikit, peralatan (tari maupun musik), kru dan penyajian.
Karena hanya terdiri dari beberapa penari dengan jumlah sedikit biasanya lima sampai tujuh orang saja, struktur penyajian tari topeng alit ini termasuk acara yang tergolong sederhana.
Bahkan karena keterbatasan penari tersebut, biasanya kru memiliki peran ganda. Seperti misalnya seorang yang bertugas menabuh gamelan (musik pengiring), bisa saja beralih tugas menjadi penari memerankan sebuah karakter dan masuk ke dalam alur cerita yang dibawakan.
Topeng Gede
Jika struktur penyajian topeng alit termasuk pementasan acara yang sederhana, Topeng Gede ini merupakan penyempurnaan dari struktur alit tersebut.
Dari segi penari, kru hingga musik pengiring jauh lebih kompleks dan sempurna. Bahkan rangkaian acara yang disuguhkan juga jauh lebih banyak yaitu terdiri dari lima babak dilengkapi dengan lakon dan jantuk yaitu sebuah nasehat yang biasa ditunjukkan di akhir acara.
Jenis Tari Topeng
Tari Topeng memiliki 5 jenis tarian dengan karakter dan bentuk topeng yang berbeda-beda menyesuaikan karakternya.
Penonton bisa melihat perbedaan karakter dari tiap lakon yang penari bawakan hanya dengan melihat bentuk dan warna topeng yang dikenakan penari. Karena seperti yang telah disebut di atas, setiap topeng memiliki karakter masing-masing yang berbeda dengan topeng lainnya.
Berikut ini adalah lima jenis tari topeng berdasarkan bentuk dan warna topengnya:
Tari Topeng Panji
Topeng Panji merupakan gambaran dari seseorang yang baru saja terlahir di dunia dan berada dalam kondisi yang suci layaknya bayi yang baru lahir.
Dari karakternya yang suci dan baik ini digambarkan dengan gerak tarian yang sangat halus dan juga lembut. Penggunaan topeng panji ini memiliki makna yakni gabungan antara hakiki diam dan hakiki gerak.
Topeng Panji memiliki ciri-ciri berwarna putih sebagai gambaran sifat manusia yang masih suci dan bersih seperti bayi dengan guratan tipis pada bagian mata, hidung dan daerah lainnya.
Dari lima tari topeng asal Cirebon, tari Topeng Panji merupakan inti dari lima jenis tari topeng, sehingga tari topeng Panji menjadi klimaks pertunjukan seni tari topeng. Tarian Panji menceritakan peristiwa pembentukan semesta dari yang sebelumnya Sang Hyang Tunggal, menggambarkan dari satu hal sama menjadi keanekaragaman dan perbedaan-perbedaan.
Hal tersebut menjadikan karakteristik dari perwujudan topeng Panji sulit diidentifikasi apakah perempuan atau laki-laki. Terlihat dari sisi penggunaan warna putih polos tanpa hiasan apapun. Gerak gerik dari gerakan tarian topeng Panji pun tidak memperlihatkan sosok laki-laki atau perempuan.
Iringan musik gamelan pada tari topeng Panji cenderung keras dan bergemuruh namun gerak tariannya sangat minim. Dua hal tersebut merupakan wujud antara gerak dan diam.
Tari Topeng Samba
Jika Topeng Panji layaknya bayi yakni seseorang yang baru lahir di dunia, Topeng Samba merupakan perkembangan dari Topeng Panji yaitu menggambarkan seseorang yang memasuki masa kanak-kanak.
Layaknya karakter seorang anak-anak, gerakan tarian Topeng Samba juga cenderung lincah dan lucu. Karakter anak-anak terlihat dari perwujudan topeng dengan mata yang agak terbuka serta penggunaan warna topeng yang cenderung merah muda.
Tari Topeng Rumyang
Layaknya fase pertumbuhan seseorang, Topeng Samba yang menggambarkan masa kanak-kanak, Topeng Rumyang merupakan gambaran seseorang yang memasuki masa remaja.
Gerakan pada tari topeng Rumyang terdapat banyak pengulangan dan cenderung terlihat labil. Hal ini menggambarkan sifat remaja yang masih labil dan mencari jati diri. Topeng Rumyang memiliki bentuk ukiran yang sederhana dan warna dasar topeng merah muda.
Dalam pertunjukkan tari Topeng Rumyang ini, seorang penari menyampaikan pesan-pesan kebaikan seperti menyuruh seseorang untuk berbuat kebaikan dalam hidup melalui gerakan-gerakan tari yang ia bawakan.
Tari Topeng Tumenggung
Topeng Tumenggung merupakan salah satu jenis tari topeng yang menggambarkan seseorang yang bersifat tegas dan berbudi luhur. Menurut bahasa daerah, Tumenggung memiliki arti pangkat panglima perang dalam struktur kerajaan atau kesultanan.
Seorang penari yang menjadi lakon atau karakter Topeng Tumenggung ini menyampaikan pesan kepada penonton mengenai pentingnya memiliki kepribadian yang tegas dan memiliki kesetiaan yang tinggi melalui gerakan tariannya.
Dari segi karakteristik bentuk topeng nya sendiri memiliki warna yang dominan merah serta guratan yang terlihat nampak tegas dan berwibawa. Pertunjukkan tari topeng Tumenggung biasanya penari menggunakan busana atau kostum berwarna hitam.
Tari Topeng Kelana
Jika beberapa karakter jenis topeng di atas menggambarkan kepribadian yang suci, baik, lucu, tegas dan berbudi luhur, jenis topeng yang satu ini menggambarkan karakter sebaliknya.
Topeng Kelana merupakan jenis topeng yang memiliki karakter seseorang yang pemarah dan angkara murka, biasanya topeng jenis ini memiliki warna merah yang menakutkan.
Salah satu ciri khas dari tarian topeng Kelana yaitu iringan musik gamelan yang keras dan juga dinamis. Gerakan tarian topeng Kelana juga sangat lincah, hal tersebut menggambarkan seseorang yang berada di puncak kejayaan dan kekuasaan.
Karakter dan sifat yang arogan, sombong, angkuh terlihat dari salah satu gerakan pada tari topeng yaitu berkacak pinggang dan membanting selendang. Gerakan pada tari topeng Kelana sangat ekspresif dan juga cepat.
Kostum yang digunakan penari saat melakukan pertunjukan tari topeng Kelana biasanya berwarna merah. Untuk wujud topengnya sendiri memiliki banyak guratan yang rumit serta terdapat ikatan tali ornamen khusus pada bagian topeng.
Penari yang mengenakan Topeng Kelana ini tentu saja harus menjadi sosok yang antagonis dan pemarah melalui gerakan tarinya. Pementasan Tari Topeng Kelana ini tentu saja memberikan pesan untuk para penonton bahwa sifat yang mudah marah merupakan perbuatan yang tidak baik dan wajib dihindari. Berlakulah dengan baik dalam mencapai apapun di kehidupan ini untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki.
Gaya Tari Topeng
Gaya Tari Topeng yang dimaksud disini adalah ciri khas tarian topeng dari berbagai daerah. Karena mengalami perkembangan saat masuk ke desa-desa tertentu, Tari Topeng setiap daerah tentu saja memiliki keunikan dan gaya khas tersendiri.
Berbeda dengan jenis tari topeng yang telah dibahas sebelumnya yaitu merupakan jenis-jenis topeng dan karakternya dalam tari topeng, sedangkan gaya tari topeng merupakan gaya dan ciri khas tari topeng dari setiap daerah.
Agar lebih jelas dan paham, ini dia beberapa gaya tari topeng yaitu sebagai berikut:
Tari Topeng Cipunegara
Gaya tari topeng Cipunegara biasa dikenal dengan sebutan Tari Topeng Menor. Mengapa disebut Tari Topeng Menor karena biasanya gaya tari topeng ini diperankan oleh para penari yang memiliki rupa yang cantik dan suara yang merdu.
Gaya tari Cipunegara ini tersebar di berbagai daerah perbatasan Indramayu khususnya Pegaden hingga Bantaran Sungai Cipunagara.
Desa Jati, Cipunagara, Subang merupakan salah satu pusat gaya tarian ini, itu sebabnya dinamakan gaya tari topeng Cipunegara. Karena berlokasi di Desa Jati, selain terkenal dengan sebutan Tari Topeng Menor, gaya tari ini juga dikenal dengan sebutan lain Tari Topeng Jati.
Tari Topeng Celeng
Gaya tari topeng yang satu ini berasal dari Dusun Celeng, Lohbener, Indramayu. Gaya Tari Topeng Celeng ini memiliki keunikan tersendiri. Namun jika hanya sekilas melihat mungkin gaya tari topeng ini tidak jauh berbeda dengan gaya tari topeng lainnya khususnya gaya gegesik dan juga slangit.
Yang membuat Gaya Celeng ini mirip secara umum yaitu dilihat dari segi iringan musik pengantar tari dan lagu yang digunakan nya. Sedangkan dari segi gerakannya hampir mirip dengan tari topeng gaya pekandangan.
Tari Topeng Gaya Celeng pertama kali dikenalkan oleh seorang dalang asal Majakerta yaitu Ki Kartam yang pada akhirnya melekat dan menjadi ciri khas tari topeng gaya Celeng.
Tari Topeng Gegesik
Gaya tari topeng berikutnya yaitu gaya tari topeng yang berkembang pada era 1980 hingga tahun 2000-an di daerah Gegesik, Cirebon. Pada gaya tari Gegesik ini biasanya diiringi alunan musik dangdut sehingga gaya tari topeng ini biasa disebut juga Topeng Dangdut.
Salah satu ciri khas lainnya dari Gaya Tari Topeng ini yaitu penggunaan topeng dengan raut wajah yang khas khususnya pada Tari Topeng Panji.
Tari Topeng Panji pada Gaya Gegesik ini memiliki raut wajah yang begitu tenang berwarna putih dengan bentuk mata yang sipit merunduk tajam, bentuk hidung yang mancung disertai dengan senyuman terkulum.
Tari Topeng Palimanan
Selain gaya tari Gegesik, di daerah Cirebon juga berkembang gaya tari topeng yaitu gaya Palimanan. Sesuai namanya, gaya tari Palimanan tersebar di daerah Palimanan, Cirebon.
Karena masih satu daerah yaitu Cirebon, gaya tari Palimanan memiliki kemiripan dengan gaya tari Gegesik, namun dari segi gerakan gaya yang satu ini mirip dengan gaya tari topeng Losari.
Yang membuat gaya Palimanan ini berbeda dan unik yaitu dari segi iringan musik gamelannya yaitu setiap babak tari topeng berbeda dengan gaya lainnya.
Tari Topeng Brebes
Gaya tari topeng berikutnya yaitu gaya tari Brebes, gaya ini dibawakan oleh Pangeran Angkawijaya yang memiliki bakat dibidang seni dan kemudian berkembang di wilayah Brebes, dan akhirnya terciptalah gaya tari topeng Brebes. Ciri khas dari tari topeng gaya Brebes ini yaitu dari alur ceritanya yang khas.
Jika ditilik dari Babad Tanah Losari, Pangeran Angkawijaya merupakan salah seorang keluarga dari kesultanan Cirebon yang kemudian berpindah ke daerah Losari Brebes dengan tujuan untuk menghindari konflik internal dan juga ingin keluar dari kehidupan yang serba mewah.
Tari Topeng Beber
Gaya tari topeng Beber merupakan gaya tari topeng yang berkembang di daerah Beber, Majalengka. Gaya tari topeng ini pertama kali dibawakan oleh seniman asal Gegesik dan kemudian berkembang di daerah Beber ini .
Gaya tari Beber ini muncul dan berkembang sejak abad ke 17 Masehi. Gaya tari topeng Beber ini biasanya dipentaskan pada malam hari dan memiliki beberapa babak seperti Jinggananom, Kelana, Panji, Rumyang, Samba dan Tumenggung. Untuk topeng Rumyang biasa nya akan muncul ketika matahari hampir terbit.
Kostum/ Busana Tari Topeng
Setiap tari tradisional memiliki ciri khas sendiri, selain properti khas seperti topeng pada tari topeng, penggunaan piring dalam tari piring, kostum atau busana juga menjadi ciri khas dari sebuah pertunjukkan tari tradisional, karena setiap jenis seni tradisional memiliki kostum yang berbeda yang digunakan.
Berikut ini beberapa properti atau kostum yang digunakan dalam seni tari topeng:
Topeng
Properti pertama yang digunakan dalam seni tari topeng tentu saja topeng. Topeng tentu saja menjadi item penting dalam seni tari tradisional ini. Topeng dalam seni topeng sendiri dibagi menjadi beberapa jenis dengan karakter dan ciri khas yang berbeda.
Terdapat dua jenis topeng yang digunakan dalam seni tari topeng yaitu topeng yang terbuat dari bahan kayu dan plastik. Namun dalam pertunjukkan tari topeng, topeng yang terbuat dari kayu yang diukir yang paling banyak digunakan.
Topeng yang digunakan pun beraneka macam tergantung jenis tari topeng apa yang akan ditampilkan. Seperti tari topeng panji yang menggunakan jenis topeng dengan warna putih bersih, topeng kelana yang memiliki karakter agak seram berwarna merah dan topeng lainnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Untuk penggunaan topengnya sendiri terdapat dua cara yaitu diikat pada bagian kepala belakang dengan menggunakan tali. Namun ada juga yang menggunakan topeng dengan cara digigit karena biasanya pada bagian dalam topeng terdapat bantalan atau karet khusus.
Baju Kurung Lengan Pendek
Pada pertunjukan seni tari topeng, penari menggunakan baju kurung. Baju kurung sendiri merupakan pakaian adat Melayu. Umumnya baju kurung ini memiliki ciri khas dari segi ukurannya yang longgar di bagian dada, perut dan juga lubang lengan. Selain itu, baju kurung juga memiliki ciri khas lain yakni tidak adanya kancing dan kerah serta terdapat renda di setiap bagian ujung baju.
Penari tari topeng biasanya menggunakan baju kurung dengan lengan pendek. Tujuan penggunaan lengan pendek ini untuk mempertegas gerakan tangan penari saat menarikan tari topeng.
Kain baju kurung tari topeng biasanya memiliki tekstur yang mengkilat. Warna baju kurung yang sering digunakan pada tari topeng biasanya merah terutama saat membawakan tari topeng kelana. Pada ujung baju terdapat detail renda berwarna kuning keemasan.
Celana Kurung Sepertiga
Selain baju kurung dengan lengan pendek, busana tari topeng juga menggunakan celana kurung dengan ukuran panjang sepertiga kaki atau di bawah lutut penari sebagai bawahan.
Sama seperti baju kurung, celana kurung yang digunakan juga cenderung longgar dengan kain polos berwarna cerah atau mencolok. Warna yang sering digunakan yaitu warna merah.
Ukurannya yang sepertiga dan longgar bertujuan agar penari leluasa dalam bergerak menarikan tari topeng ini.
Agar terlihat serasi dengan bajunya, pada bagian ujung celana kurung tari topeng juga terdapat hiasan bordir berwarna perak atau keemasan.
Kain Penutup
Aksesoris berikutnya pada busana tari topeng yaitu kain penutup. Kain penutup yang digunakan berupa kain batik dengan warna yang senada dengan baju atau celana kurung agar tampak serasi.
Kain penutup digunakan sebagai hiasan untuk celana kurung. Kain penutup dalam hal ini kain batik digunakan dengan cara dililitkan pada bagian pinggang penari sampai atas paha.
Mongkron
Aksesoris atau properti berikutnya yang digunakan pada kostum tari topeng yaitu Mongkron atau penutup dada. Penari tari topeng menggunakan kain batik atau bisa juga kain baju kurung yang diberi bordir sebagai mongkron atau penutup dada.
Warna yang mencolok seperti warna merah atau warna keemasan yang biasanya digunakan sebagai mongkron dengan hiasan bordiran dengan menggunakan benang berwarna emas atau perak.
Mongkron memiliki bentuk, warna dan hiasan bordir yang beragam tergantung budaya masyarakat lokal dari seni tari topeng. Bentuk mongkron terdiri dari bulat, segitiga bahkan kotak. Mongkron juga memiliki hiasan berupa rumbai-rumbai yang terbuat dari benang bordir.
Sampur
Jika pada tari jaipong terdapat properti atau aksesoris selendang, pada tari topeng penari menggunakan aksesoris yang bernama sampur. Sampur merupakan kain panjang yang dilingkarkan pada bagian leher penari. Layaknya selendang pada tari jaipong, sampur juga bisa digunakan dengan cara diikatkan pada pinggang penari.
Penggunaan sampur bukan hanya sebagai hiasan semata tapi juga digunakan oleh penari pada gerakan tertentu tarian topeng. Penari menggunakan ujung sampur dengan cara diselipkan pada jari tengah. Saat penari mulai menggerakkan tangannya menyesuaikan irama musik pengiring, sampur tersebut ikut bergerak mengikuti gerakan tangan.
Warna sampur pada tari topeng biasanya warna cerah seperti merah, kuning atau hijau. Penggunaan sampur pada tari topeng berfungsi untuk memberikan kesan gemulai dan tegas pada tiap gerakan tarian.
Sumping
Aksesoris berikutnya adalah aksesoris yang dipakai penari di bagian telinga yaitu Sumping. Cara menggunakan sumping yaitu dengan memasang atau mengaitkannya ke bagian atas telinga kanan dan juga kiri.
Tujuan digunakannya sumping selain dari segi estetika juga mampu mempertegas gerakan yang dilakukan oleh penari. Warna sumping mirip dengan aksesoris lain yang digunakan pada tari topeng yaitu warna kuning keemasan.
Anting
Penari tari topeng selain menggunakan sumping, ada aksesoris lain yang digunakan di telinga yaitu anting. Anting yang digunakan penari biasanya berbentuk bandul yang berwarna-warni sehingga menambah estetika busana dan penampilan seni tari topeng.
Terdapat dua jenis anting yang digunakan penari yaitu yang memiliki ukuran pendek dan juga panjang. Warna antingnya sendiri biasanya menggunakan warna-warna mencolok seperti aksesoris lainnya yaitu merah, kuning atau pun hijau.
Mahkota
Mahkota merupakan salah satu hiasan kepala yang banyak digunakan sebagai aksesoris busana tari tradisional termasuk juga tari topeng.
Para penari tari topeng biasanya menggunakan mahkota dengan warna hitam disertai hiasan bordir berwarna keemasan. Mahkota yang digunakan beragam menyesuaikan karakter tari topeng yang diperankan penari.
Kupluk
Selain mahkota, aksesoris kepala lainnya yang digunakan penari tari topeng yaitu kupluk atau penutup kepala. Kupluk yang digunakan penari menggunakan material kain dengan warna hitam disertai berbagai macam hiasan atau aksesoris lainnya.
Ronce Bunga
Salah satu properti lain yang digunakan pada bagian kepala untuk kostum tari topeng yaitu ronce bunga. Ronce bunga ini dipasang di bagian mahkota yang digunakan penari topeng.
Ronce bunga berupa susunan beberapa untaian bunga biasanya menggunakan bunga melati yang membentuk anting panjang. Selain bunga melati, ronce bunga juga bisa dibuat dengan menggunakan rangkaian bandul yang memanjang berwarna merah dan kuning.
Ikat Pinggang
Aksesoris berikutnya pada busana tari topeng yaitu ikat pinggang. Ikat pinggang yang dimaksud di sini yaitu berupa kain yang digunakan dengan cara dilingkarkan pada pinggang penari.
Penggunaan ikat pinggang ini selain untuk menambah estetika kostum yang digunakan juga berfungsi untuk menahan pakaian yang digunakan penari. Selain itu, ikat pinggang juga memiliki fungsi lain seperti tempat untuk menyelipkan keris yang dipakai sebagai aksesoris pada kostum tari topeng.
Warna yang digunakan pada ikat pinggang ini biasanya warna-warna yang cerah seperti warna merah, kuning, hijau atau pun biru.
Keris
Selain beberapa aksesoris di atas, terdapat salah satu senjata tradisional Jawa yang digunakan sebagai aksesoris kostum tari topeng yaitu keris. Penggunaan keris pada kostum tari topeng selain sebagai hiasan juga menambah kesan dari karakter tari topeng yang dibawakan. Keris melambangkan kewibawaan, kekuatan dan juga status ksatria.
Gelang Tangan
Pada bagian tangan, penari tari topeng menggunakan aksesoris berupa gelang. Gelang tangan tersebut biasanya terbuat dari kain, kertas, dan juga logam dengan warna keemasan. Penggunaan gelang tangan ini tentu saja menjadi salah satu pemanis mata saat penari melakukan gerakan tangan.
Gelang Kaki
Aksesoris berikutnya dalam kostum tari topeng yakni gelang kaki. Selain gelang tangan, penari tari topeng juga mengenakan gelang kaki yang terbuat dari logam atau kain.
Gelang kaki yang terbuat dari kain biasanya menggunakan warna merah. Warna cerah seperti warna merah memang banyak digunakan pada aksesoris kostum tari topeng.
Gelang kaki yang terbuat dari kain biasanya ditambahkan ornamen atau hiasan bordiran berwarna keemasan mirip bahkan sama dengan bordiran pada baju, celana serta aksesoris tari topeng lainnya.